Pages

Wednesday, January 23, 2008

Kondisi jiwa dan dosa

Jiwa adalah pangkal utama penyebab perbuatan dosa. Jiwa adalah pusat manusia berpikir dan merasa. Jiwa juga merupakan medan pertempuran antara pasukan Ilahi dan pasuka setan. Jika pasuka Ilahi mengalahkan pasukan setan, maka manusia akan menjadi hamba yang saleh. Tetapi sebaliknya, jika pasukan setan mengalahkan pasukan Ilahi, maka manusia akan menjadi sahabat setan dan musuh Allah dan para kekasih-Nya. Topik ini akan kami ringkas ke dalam pembahasan:

1. Kepribadian dan kemuliaan diri (‘izzatun nafs)
2. Perbaikan ekomoni untuk kemulian diri

Kepribadian dan kemuliaan diri
Allah swt menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling mulia, dan mengkaruniakan kepadanya potensi yang paling istimewa.

Allah swt berfirman:
“Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin memiliki ‘izzah (kemuliaan diri).” (Al-Munafiqun/63: 8)

“Kami telah memuliakan anak-cucu Adam, Kami bawa mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik, Kami berikan kepada mereka keutamaan yang sempurna ketimbang kebanyakan makhluk-makhluk yang telah Kami ciptakan.” (Al-Isra’/17: 70)

Rasulullah saw bersabda:
“Seseorang tidak akan berdusta kecuali karena kehinaan pribadinya.” (Biharul Anwar, jld 72, hlm 249)

Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata dalam mutiara hikmahnya:
“Hitunglah bahwa kamu adalah makhluk yang kecil, dan dalam dirimu ada alam yang paling besar. (Nahjul Balaghah, hikmah 456)

“Celakalah orang yang tidak mengenal kadarnya.” (Nahjul Balaghah, hikmah 149)

“Orang yang berilmu adalah orang yang mengenal kadarnya, sempurnalah kejahilan seseorang yang tidak mengenal kadarnya.” (Nahjul Balaghah, khutbah 16)

Imam Zainal Abidin (sa) berkata:
“Barangsiapa yang mulia dirinya, maka dunia hina (kecil) di hadapannya.” (Tuhaful ‘Uqul, hlm 318)

Memperbaiki ekomoni untuk menjaga ‘izzah
Rasulullah saw bersabda:
“Bukanlah dari golongan kami orang yang memiliki kesempatan yang luas, tetapi ia menelantarkan keluarganya.”

Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata:
“Sesungguhnya Allah Maha Indah mencintai keindahan, dan suka melihat pengaruh kenikmatan-Nya atas hamba-Nya.” (Furu’ Al-Kafi, jld 6, hlm 438)

Mengatur Waktu
Rasulullah saw bersabda:
“…Wahai raja yang celaka dan ghurur (tertipu oleh hawa nafsunya), aku tidak mengutus (seseorang) kepadamu agar kamu mengumpulkan dunia dari sebagian orang untuk sebagian yang lain. Tetapi aku mengutus kepadamu agar kamu tidak menolak permohonan orang yang mazhlum, karena sesungguhnya aku tidak menolaknya walaupun permohonan itu dari orang yang kafir. Bagi orang yang berakal selama tidak dikuasai (hawa nafsunya), ia dapat membagi waktu: waktu untuk bermunajat kepada Tuhannya, waktu untuk muhasabah (evaluasi) diri, waktu untuk mentafakkuri ciptaan Allah, waktu berkhalwat untuk merenungi bagian dirinya dari apa-apa yang halal. Sesungguhnya waktu ini dapat membantu waktu-waktu yang lain, mengistirahatkan hati dan mengosongkannya...” (Al-Wasail 16: 96)

Rasulullah saw bersabda:
“Malaikat pencatat amal baik pemimpin malaikat pencatat amal buruk. Ketika seorang hamba melakukan amal buruk, malaikat pencatat amal baik berkata kepada malaikat pencatat amal buruk: Jangan terburu-buru, tunggu ia tujuh jam, setelah berlalu tujuh jam dan ia tidak memohon ampun, malaikat pencatat amal baik berkata: catatlah, hamba ini tidak punya rasa malu.” (Al-Wasail 16: 70)

Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berwasiat kepada puteranya Al-Hasan (sa):
“Wahai anakku, orang yang fakir tidak lebih parah dari orang yang jahil, dan tidak ada yang lebih parah dari orang yang tak berakal. Wahai anakku, seorang mukmin memiliki tiga waktu: waktu untuk bermunajat kepada Tuhannya, waktu untuk muhasabah (evaluasi) diri, waktu untuk berkhalwat antara dirinya dan kelezatan yang dirasakan dirinya dalam hal yang dihalalkan dan terpuji. Dan dalam tiga waktu itu seorang mukmin harus menjadi orang yang memiliki penghidupan yang baik, bagian untuk akhirat, atau kenikmatan dalam rizki yang halal.” (Biharul Anwar 1: 88).

Lebih rinci Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Orang yang berakal semestinya memiliki empat waktu: (1) waktu untuk bermunajat kepada Tuhannya, (2) waktu untuk muhasabah (merenungi diri), (3) waktu untuk mentafakkuri makhluk Allah swt, (4) waktu untuk mencari nafkah untuk keperluan makanan, pakaian dan kebutuhan keluarganya.”

Mirza Muhsin Al-‘Ushfur mengatakan dalam bukunya Ta’bir ru’ya Al-Manam: waktu untuk makan, minum, hubungan suami-isteri, tidur dan lainnya cukup sepertiga dari sehari-semalam (24 jam). Seorang mukmin harus mengatur dan membagi waktu: waktu untuk urusan dunia dan waktu untuk urusan akhirat. Al-Kasyani seorang ulama ahli hadis mengatakan dalam kitabnya Manhaj An-Najah: Syariat mengizinkan seseorang untuk tidur (istirahat) selama 8 jam dalam sehari-semalam, yakni sepertiga dari 24 jam. Jika seorang berusia 60 tahun, maka waktu tidurnya adalah 20 tahun.
Wassalam
Syamsuri Rifai

Untuk tek arab ayat dan hadis, juga amalan praktis dan doa2 pilihan, klik di sini:
http://groups.google.com/group/keluarga-bahagia
http://groups.yahoo.com/group/Shalat-Doa

Bagi yang berminat Artikel2 Islami, Amalan praktis dan doa-doa pilihan, klik di sini:
http://shalatdoa.blogspot.com/
http://syamsuri149.wordpress.com/

Milis rumus2 tentang nama dan tanggal lahir, rahasia huruf dan angka, dan doa-doa khusus, klik di sini:
http://groups.google.co.id/group/feng-shui-islami

Peluang Kerjasama “Mobile Magazine”
Mobile Magazine adalah majalah ttg bermacam2 produk Hp dan periklanan, yang perkembangannya cukup pesat. Berpusat di Jakarta dan sudah punya cabang di Surabaya. Majalah ini milik salah seorang murid saya. Membuka peluang kerjasama untuk buka cabang di kota2 dan daerah2 di seluruh Indonesia. Detailnya dan download gratis majalah ini klik di sini :
http://www.mobile-indonesia.com/

Innfo situs2 periklanan dan bisnis online, klik di sini :
http://infor-indo.blogspot.com/
http://www.pengusahaonline.com/?id=Syamsuri

No comments:

Followers