Sekitar Adab Ziarah kepada Rasulullah saw
Ziarah kepada Rasulullah saw artinya berkunjung dan bertamu kepada Rasulullah saw. Islam mengajarkan kepada kita akhlak dan tatakrama dalam bertamu sesama kita. Apalagi bertamu kepada Rasulullah saw.
Ahlul bait Nabi saw telah mengajarkan kepada kita bagaimana adab dan tatakrama berziarah dan bertamu kepada Rasulullah saw. Kita tak perlu meragukan apa yang diajarkan oleh Ahlul bait Nabi saw, karena mereka tidak pernah mengajarkan apa yang tidak diajarkan oleh Rasulullah saw.
Sekarang kita telah berada di bulan Sya’ban dan sebentar lagi akan memasuki bulan suci Ramadhan, bulan dimana sebagian kaum muslimin akan melakukan umroh, berziarah dan bertamu kepada Allah swt dan Rasulullah saw.
Orang-orang yang melakukan haji dan umroh, tapi tidak berziarah dengan ziarah yang sesungguhnya kepada Nabi saw, maka mereka akan seperti yang disabdakan oleh Rasulullah saw:
”Barangsiapa yang datang ke Mekkah untuk melakukan haji, tapi ia tidak berziarah kepadaku aku berlepas diri darinya pada hari kiamat. Barangsiapa yang datang kepadaku untuk berziarah kepadaku maka wajib baginya mendapat syafaatku. Dan siapa saja yang diwajibkan baginya mendapat syafaatku maka wajib baginya surga. Dan barangsiapa yang mati karena hijrah kepada Allah `Azza wa Jalla, maka pada hari kiamat ia dikumpulkan dengan para syuhada’ badar.” (Mafâtihul Jinân, bab 3: 313)
Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata:
“Sempurnakan haji kalian dengan berziarah kepada Rasulullah saw. Jika meninggalkan ziarah kepadanya sesudah haji, maka haji kalian akan hampa. Karena itu, diperintahkan kepada kalian: sempurnakan haji kalian dengan berziarah ke kuburan Rasulullah saw yang telah ditetapkan oleh Allah Azza wa jalla kepada kalian hak kuburannya dan ziarah padanya; dan mohonlah rejeki kepada Allah di dekat kuburannya.” (Mafâtihul Jinân, bab 3: 313)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang berziarah (bertamu) kepadaku pada masa hidupku dan matiku, maka aku akan menjadi pemberi syafaat baginya pada hari kiamat.” (Mafâtihul Jinân, bab 3: 314)
Abu Shalt ِAl-Harawi pernah bertanya Imam Ali Ar-Ridha (sa): Wahai putera Rasulullah, bagaimana pandangan Anda tentang hadis yang diriwayatkan oleh ahli hadis: “Sesungguhnya orang-orang mukmin berziarah (bertamu) kepada Tuhan mereka dari rumah-rumah mereka di surga.” Maksud saya: perawi hadis tersebut mempersoalkannya: jika hadis itu shahih, apa maksudnya? Lahiriyah maknanya tidak sejalan dengan akidah yang benar.
Imam Ali Ar-Ridha (sa) menjawab: Wahai Abu Shalt, sesungguhnya Allah tabaraka wa ta’ala mengutamakan Nabi-Nya Muhammad saw atas semua makhluk-Nya dari semua para nabi dan malaikat, menjadikan ketaatan padanya sebagai ketaatan kepada-Nya, baiat (janji setia) padanya sebagai baiat pada-Nya, ziarah padanya sebagai ziarah pada-Nya. Karena itu Allah azza wa jalla berfirman:
“Barangsiapa yang mentaati Rasul-Nya, sesungguhnya ia telah mentaati Allah.” (An-Nisa’: 80)
“Sesungguhnya orang-orang yang berbaiat kepadamu, tiada lain sesungguhnya mereka berbaiat kepada Allah, tangan Allah di atas tangan mereka.” (Al-Fath: 10)
Dan itulah yang dimaksudkan oleh sabda Nabi saw:
“Barangsiapa yang berziarah (bertamu) kepadaku di masa hidupku dan sesudah matiku, maka sesungguhnya ia telah berziarah kepada Allah swt.”
(Mafâtihul Jinân, bab 3: 314)
Adapun tentang Adab2 berziarah dan Adab memasuki Masjid Nabawi dapat dibaca di artikel yang telah saya posting di forum ini.
Atau secara lebih lengkap, bisa membacanya di buku saya yang berjudul “Amalan dan Doa Haji & Umroh”. Paket Buku ini terbagi dalam 3 edisi:
1. Amalan dan Doa Haji & Umroh selama di Mekkah
2. Amalan dan Doa Haji & Umroh selama di Madinah
3. Adab dan Doa di Arafah, Muzdalifah dan Mina
Buku tersebut dilengkapi teks arab, bacaan teks latin dan terjemahan Indonesia.
Smg buku tsb masih ada karena sudah lama beredar di toko, khususnya di Gramedia.
Yang berminat doa ziarah Nabi saw hari Sabtu, dan Doa Ziarah Nabi saw di Madinah, silahkan download disini:
Wassalam
Syamsuri Rifai
No comments:
Post a Comment