Pages

Wednesday, September 30, 2009

Cara Mengobati Penyakit Bakhil

Mengobati penyakit bakhil dapat dilakukan dengan dua cara: keilmuan dan amalan praktis. Dengan keilmuan, caranya mengenal akibat-akibat babaya dari kebakhilan dan manfaat-manfaat kedermawanan. Dengan amal, berusaha sungguh dan dengan segala kemampuan untuk melakukan aktivitas yang berkait dengan mendermakan harta yang sifatnya dapat merubah watak.

Setiap keinginan untuk menghilangkan sifat bakhil dan berusaha membentuk sifat dermawan, usaha yang pertama kali harus dilakukan adalah banyak merenungi hadis-hadis tentang ketercelaan bakhil dan keterpujian dermawan, merenungi ancaman azab besar yang disiapkan oleh Allah untuk orang yang bakhil. Juga harus banyak merenungi keadaan orang-orang bakhil yang tersiksa akibat kebakhilannya.

Sehingga dengan cara ini dan cahaya pengenalan benar-benar mengetahui bahwa mendermakan harta jauh lebih baik keadaannya ketimbang menahannya di dunia dan di akhirat. Selanjutnya mempersiapkan diri memikul segala beban dalam hal mendermakan hartanya dan berusaha tidak mencintainya. Usaha dan perenungan ini harus dilakukan secara berulang-ulang sehingga muncul keinginan yang kuat untuk mendermakan hartanya. Setiap muncul keinginan untuk mendermakan hartanya, maka yang harus diwaspadai adalah bisikan hawa nafsu dan setan yang akan membisikkan kekhawatiran kefakiran dan bermacam-macam bisikan yang menghalangi untuk menjadi dermawan.

Sekiranya mampu mengendalikan penyakit bakhil dan tidak kambuh kembali, maka diantara cara pengobatannya adalah merekayasa diri dengan kebaikan nama dan popularitas kedermawanan. Maka dalam mendermakan harta dapat dilakukan dengan cara riya’, sebagai langkah awal. Yakni mengobati dan menghilang penyakit bakhil dengan riya’. Mencari popularitas dan nama baik hanya sebagai penghibur diri saat menyapih diri dari hartanya. Hal ini seperti menghibur anak kecil ketika menyapihnya dari tetek ibunya dengan bonika, mainan dan lainnya untuk memindahkan perhatiannya pada yang lain.

Demikian juga sifat-sifat buruk dan tercela. Sifat-sifat ini harus ditundukkan dan dilumpuhkan oleh sifat-sifat tercela yang lain sehingga sebagian sifat itu tidak bereaksi. Misalnya menundukkan potensi marah dengan potensi syahwat sehingga aktivitas negatifnya dapat dikendalikan. Dan sebaliknya menundukkan potensi syahwat dengan potensi marah.

Sunnatullah berlaku terhadap hal ini, sebagian sifat menahan sebagian yang lain, sehingga tertahanlah semua sifat yang negatif dan para pasukannya. Baik sifat-sifat itu yang menyakiti atau dari sisi orang-orang yang tersakiti akibat kezaliman dan keburukan. Tidakkah kita mengetahui bahwa penguasaan orang-orang yang zalim dan buruk terhadap sebagian yang lain dapat menghancurkan semuanya?

Seperti itu juga, seorang mayit yang semua organ tubuhnya menjadi cacing. Awalnya sebagian cacing itu memangsa sebagian cacing yang lain sehingga tinggal dua yang paling kuat, lalu dua cacing yang kuat itu saling berusaha memangsanya dan akhirnya yang satu makan yang lain, yang satu menjadi gemuk karena makan yang lain. Sekarang tinggal satu yang paling kuat dalam keadaan lapar sampai mati karena kelaparan.

Demikian juga sifat-sifat yang tercela. Kita adu antara yang satu dengan yang lain, sehingga sebagian dapat dikalahkan oleh yang lain, yang paling lemah menjadi kekuatan bagi yang paling kuat, akhirnya tinggal satu yang paling kuat. Untuk menghadapi dan menundukkan sifat buruk yang paling kuat itu dibutuhkan usaha keras dan pertolongan kepada Allah swt, menggunakan segala kekuatan untuk melumpuhkannya. Jika usaha ini benar-benar dilakukan
Dengan penuh kesungguhan, tentu akan memiliki pengaruh yang besar.

Misalnya bakhil, menahan harta terhadap kebajikan. Jika berlatih dengan sungguh-sungguh untuk mendermakan harta secara berulang-ulang dengan menanggung segala beban kesulitannya, maka sifat bakhil akan mati dan wataknya akan digantikan oleh sifat dermawan. Sehingga hilanglah kelelahan dan beban yang diakibatkan olehnya.

Mengobati penyakit bakhil, cara yang paling efektif adalah memotong akar penyebabnya. Penyebabnya adalah cinta harta. Sedangkan penyebab cinta harta ada tiga kemungkinan:

Pertama: cinta syahwati yang menjadi ketergantungan menahan harta yaitu angan-angan panjang. Sekiranya tidak berangan-angan panjang dan ia tahu bahwa ia akan segera mati beberapa hari lagi, niscaya ia tak akan bakhil mendermakan hartanya.

Kedua: Ingin menyimpannya dan mengabadikan pada anak-anaknya, agar mereka dapat mengabadikannya seperti ia mengabadikannya, sehingga ia menahannya karena anak-anaknya.

Ketiga: Atau cinta terhadap harta itu sendiri. Ini seperti orang yang berusia lanjut memiliki harta, ia membayangkan bahwa hartanya tak cukup untuk kebutuhan-kebutuhan sisa hidupnya, lalu ia ingin mendapat tambahan harta yang banyak padahal ia tak punya anak. Sehingga ia merasa berat menunaikan zakat dan mendermakan hartanya, juga untuk membiayai pengobatan penyakitnya, bahkan ia sangat mencintai uang, merasa nikmat dan bahagia bila mendapatkan uang. Padahal ia tahu bahwa sebentar lagi ia akan mati. Hartanya akan sia-sia dan pindah ke tangan musuh-musuhnya. Dalam kondisi seperti itu ia masih sayang menggunakan hartanya dan sangat berat untuk mensedekahnya. Inilah penyakit bakhil yang paling kronis dan sulit diobati, ditambah lagi usianya yang sudah sangat tua dan badannya sudah lemah.

Perumpamaan orang tua ini seperti orang yang merindukan kekasihnya tapi mencintai utusannya. Lalu ia melupakan kekasihnya karena sibuk dengan utusannya. Uang sebagai utusan untuk mencapai keperluannya. Karena ia asyik dengan utusannya, maka terlupakan semua keperluannya, uang menjadi kekasih yang sangat dicintai dan ingin selalu berada di sisinya, inilah puncak kesesatan dan kerugian. Bahkan orang seperti ini sudah tak mampu lagi membedakan antara batu dan kebutuhan yang utama, inilah puncak kejahilan.

Kembali pada cara mengobati bakhil
Jika cara mengobati suatu penyakit adalah memotong akar penyebabnya dengan menghadapkan lawannya, maka cara mengobati cinta syahwati dengan qana’ah (merasa puas), kesederhanaan, dan kesabaran.

Mengobati angan-angan panjang dengan banyak mengingat kematian, menyaksikan kematian orang-orang yang hidup susah, yang memikul beban kelelahan yang lama untuk mengumpulkan harta sementara hartanya sia-sia setelah kematianya.

Mengobati perhatian material yang berlebihan terhadap anak dengan keyakinan bahwa Allah menciptakan mereka berikut rizkinya, dan betapa banyak anak yang tidak diwarisi harta lebih baik keadaannya ketimbang anak yang diwarisi. Hendaknya diyakini bahwa anak yang baik dan bertakwa pasti Allah akan memberinya rizki yang cukup. Sebaliknya, jika anak itu munafik maka harta warisannya akan digunakan dalam kemaksiakan, yang kezaliman, dosa dan kegelapannya akan kembali kepada orang tuanya.

Mengobati cinta harta itu sendiri dengan cara mentafakkuri tujuan harta, untuk apa harta itu diciptakan? Sehingga tidak mensisakan kecuali sekedar yang dibutuhkan, dan mendermakan sisanya kepada orang-orang yang berhak agar pahala hartanya abadi di akhirat.

Disarikan dari kitab Jami’us Sa’adat (penghimpun kebahagiaan), Syeikh Muhammad Mahdi An-Naraqi seorang mujtahid dan ulama sufi besar di zamannya; jilid 2, hlm 120-122.

Doa2 haji dan Umroh dilengkapi bacaan teks latin dan terjemahan:
http://almushthafa.blogspot.com

Amalan praktis dan doa-doa pilihan, download di:
http://www.tokoku99.com/product-islami/e-book.html
http://id.alfusalam.web.id

Wassalam
Syamsuri Rifai
http://syamsuri149.wordpress.com
http://islampraktis.wordpress.com

No comments:

Followers