Pages

Tuesday, April 1, 2008

Adab dan syarat-syarat Ijabahnya Doa (bagian 5, terakhir)

Kedelapan belas: Mendoakan orang lain
Di antara adab-adab berdoa yang juga sangat penting adalah mendoakan saudara-saudaranya muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat. Adab ini termasuk adab yang terpenting, karena hal ini mencerminkan rasa cinta sesama kaum mukminin, dan dapat menghilangkan kebencian dan perselisihan di antara mereka. Selain itu hal ini menjadi salah satu bagian dari tangga rahmat Allah swt, salah satu penyebab yang paling kuat diijabahnya suatu doa, akibat dari pahala dan karunia yang melimpah bagi orang yang berdoa dan yang didoakan.

Rasulullah saw bersabda:
“Jika kamu berdoa, maka doakan juga orang lain, karena hal itu menjadi sebab diijabahnya doa.” (Al-Kafi, 2: 354, hadis ke 1)


Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Jika seseorang membaca doa ini:

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَجَمِيْعِ اْلاَمْوَاتِ
Ya Allah, ampuni semua kaum mukminin dan mukminat, muslimin dan muslimat, yang hidup dan yang mati, Allah akan menghapuskan dosa-dosanya yang lalu dan yang akan datang, karena doa dari setiap manusia.” (Biharul Anwar 93: 391, hadis ke 24)

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) juga berkata:
“Doa seseorang untuk saudaranya yang tidak hadir dapat mengalirkan rizki dan menolakkan sesuatu yang tidak diinginkan.” (Amali Ash-Shaduq: 369, hadis ke 1)

Kesembilan belas: Merendahkan diri dan mengangkat tangan
Tentang merendakan diri dan khusuk Allah swt berfirman:

“Berzikirlah kepada Tuhanmu dengan kerendahan diri dan rasa takut.” (Al-A`raf/7: 205.

“Sesungguhnya Kami telah menimpakan azab kepada mereka, maka mereka tidak tunduk kepada Tuhannya, dan tidak juga berdoa dengan mengangkat dan merendahkan diri.” (Al-Mukminun/23: 76).

Muhammad bin Muslim pernah bertanya kepada Abu Ja’far (sa) tentang firman Allah swt:“Maka mereka tidak tunduk kepada Tuhannya, dan tidak juga berdoa dengan mengangkat tangan dan merendahkan diri.” (Al-Mukminun/7: 23). Beliau menjawab:

“Istikânah adalah khudhuk (patuh), sedangkan tadharru` adalah mengangkat tangan dan merendahkan diri.” (Al-Kafi 2: 348, hadis ke 2)

Imam Husein (sa) berkata:
“Rasulullah saw mengangkat tangannya ketika memohon dan berdoa seperti orang miskin yang meminta makanan.” (Biharul Anwar 93: 339, hadis ke 9)

Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Rasulullah saw mengangkat tangan dan merendahkan diri dalam berdoa sehingga hampir-hampir jatuh selendangnya. (Biharul Anwar 93: 339, hadis ke 10)

Mengangkat tangan dan merendahkan diri adalah salah satu bagian dari sebab-sebab terkabulnya doa. Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah malu kepada hamba-Nya yang mengangkat kedua tangannya, kemudian mengembalikan kedua tangannya dengan sia-sia.” (Biharul Anwar 93: 389, hadis ke 11)

Mengangkat kedua tangan mencerminkan kerendahan hati dan sikap butuh kepada Allah swt.

Abu Qurrah pernah bertanya kepada Imam Ali Ar-Ridha (sa): Mengapa ketika berdoa Anda mengangkat tangan ke langit? Beliau menjawab:
"Sesungguhnya Allah menjadikan makhluk-Nya sebagai hamba dalam berbagai ibadah, dan menjadikan makhluk-Nya sebagai hamba ketika berdoa dan bermohon, merendahkan diri dengan membuka dan mengangkat tangannya sebagai tanda kerendahan hati, kehambaan dan kehinaan di hadapan-Nya." (Al-Ihtijaj: 407)

Kedua tangan memiliki beberapa fungsi dan peranan dalam berdoa, tergantung pada kondisi orang yang berdoa. Fungsi-fungsi itu untuk menunjukkan: raghbah (harapan), rahbah (rasa takut), tadharru` (kerendahan diri), tabattul (perasaan terputus dari segala sebab hanya kepada Allah, dan Ibtihal (menyampaikan permohonan).

Imam Ja'far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Raghbah (harapan) adalah membuka kedua tanganmu dan menampakkan telapak tanganmu. Rahbah (rasa takut): membuka kedua tanganmu dan membalik telapak tanganmu. Tadharru`: menggerakkan jari telunjuk kananmu ke kanan dan ke kiri. Tabattul: mengerakkan jari telunjuk kiri dan mengangkatnya ke langit secara perlahan-lahan dan mengembalikan ke posisi semula. Ibtihal: membuka kedua tanganmu dan kedua lenganmu ke langit; dan Ibtihal dilakukan ketika kamu melihat sebab-sebab terjadinya tangisan.” (Al-Kafi 2: 348, hadis ke 4)

Makruh hukumnya memandang ke langit. Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) mengatakan bahwa ayahnya (sa) berkata: Pada suatu ketika Rasulullah saw lewat di dekat orang yang memandang ke langit ketika berdoa, lalu beliau bersabda kepadanya:
“Tundukkan pandanganmu, karena kamu tidak akan melihat-Nya.” (Biharul Anwar 93: 307, hadis ke 4)

Kedua puluh: Melembutkan suara dalam berdoa
Disunnahkan tidak mengeraskan suara dalam berdoa, agar terhindar dari riya’ yang merusak nilai amal seperti debu yang dihempas angin. Allah swt berfirman:
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan merendahkan diri dan suara yang lembut.” (Al-A’raf/7: 55).

Imam Ali Ar-Ridha (sa) berkata:
“Doa seorang hamba dengan suara yang lembut, bandingannya satu doa berbanding tujuh doa dengan suara yang keras.”

Dalam riwayat yang lain dikatakan:
“Doa yang disembunyikan lebih utama di sisi Allah dari tujuh puluh doa yang ditampakkan.” (Al-Kafi 2: 345-346, hadis ke 1)

Kedua puluh satu: Tidak tergesa-gesa dalam berdoa
Di antara adab-adab berdoa adalah tidak tergesa-gesa dalam berdoa, tetapi hendaknya berdoa secara perlahan-lahan. Karena tergesa-gesa dalam berdoa mengganggu kehadiran hati dan kekhusukan dalam menghadap Allah swt. Hal ini menjadi tanda kerendahan hati dan kelembutan hati, sebagaimana tergesa-gesa dapat menyebabkan kekacauan dalam berdoa dan melupakan bagian-bagian tertentu di dalam doa.

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa): “Pada suatu ketika ada seseorang memasuki masjid lalu ia shalat dua rakaat, kemudian ia bermohon kepada Allah azza wa jalla, lalu Rasulullah saw bersabda: “Ini hamba tergesa-gesa dalam menghadap Tuhannya.” Kemudian datanglah orang yang lain, lalu ia melakukan shalat dua rakaat, kemudian memuji Allah azza wa jalla dan membaca shalawat, lalu Rasulullah saw bersabda: “Bermohonlah kamu, niscaya kamu akan diberi.” (Al-Kafi 2: 352, hadis ke 6)

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Sesungguhnya seorang hamba jika ia tergesa-gesa lalu menyampaikan hajatnya, Allah azza wa jalla berfirman: ‘Tidakkah ia tahu bahwa Aku adalah Allah yang memperkenankan hajat-hajatnya’.” (Al-Kafi 2: 344, hadis ke 2)

Beliau juga berkata:
“Sesungguhnya seorang hamba jika ia berdoa, Allah senantiasa memperkenankan hajatnya selama ia tidak tergesa-gesa.” (Al-Kafi 2: 344, hadis ke 1)

Kedua puluh dua: Tidak putus asa
Orang yang berdoa tidak boleh putus asa dari rahmat Allah, juga tidak boleh berharap agar ijabah doanya ditunda kemudian meninggalkan doa. Karena hal ini adalah bagian dari penyakit yang menghalangi pengaruh doa. Tidak ubahnya seperti petani yang menanam bibit tanaman kemudian merawat dan memeliharanya, kemudian karena pertumbuhan dan panen tanamannya terlambat, ia meninggalkan dan menyia-nyiakannya.

Diriwayat oleh Abu Bashir bahwa Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Orang yang beriman ia selalu berada dalam kebaikan dan rahmat dari Allah azza wa jalla selama ia tidak mengharap agar ijabah doanya dipercepat lalu putus asa dan meninggalkan doa.” Kemudian aku bertanya kepada beliau: Apa yang dimaksud dengan yasta`jil? Beliau menjawab: (Yasta’jil adalah)“Kamu berdoa pada waktu-waktu tertentu, sedangkan Allah tidak memperlihatkan ijabah-Nya.” (Al-Kafi 2: 355, hadis ke 8)

Orang yang berdoa harus menyerahkan semua urusannya kepada Allah, meyakini Tuhannya, dan ridha terhadap ketentuan-Nya. Ia harus menjadikan tertundanya ijabah doanya sebagai kemaslahatan dan kebaikan yang diinginkan dan dicintai oleh Allah swt; dan harus selalu berdoa dan membuka tangan harapannya dalam berdoa karena dalam hal itu terdapat pembalasan yang agung dan pahala yang melimpah.

Imam Ali bin Abi Thalib (sa) pernah berwasiat kepada puteranya Al-Hasan (sa):
“Janganlah kamu putus asa karena tertundanya ijabah-Nya, karena pemberian itu sesuai dengan kadar niatnya. Mungkin ditundanya ijabah bagimu agar menjadi pahala yang paling besar bagi pemohon, pemberian yang paling melimpah bagi pengharap. Mungkin juga kamu memohon sesuatu lalu kamu tidak diberi dan kamu diberi yang lebih baik darinya cepat atau lambat, atau disingkirkan darimu karena itu lebih baik bagimu. Milik Tuhan semua persoalan, mungkin apa yang kamu harapkan itu dapat merusak agamamu jika diberikan kepadamu.” (Nahjul Balaghah, kitab 31)

Kedua puluh tiga: Terus-menerus berdoa
Orang yang berdoa harus tekun dan terus-menerus dalam berdoa dan memohon, baik diijabah atau tidak. Meninggalkan doa yang pernah diijabah termasuk sikap keras hati yang dicela oleh Allah swt:
“Jika manusia itu ditimpa bahaya ia memohon pertolongan kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya, tetapi jika Tuhannya memberikan nikmat-Nya kepadanya ia lupa akan bahaya yang pernah ia berdoa kepada-Nya sebelumnya.” (Az-Zumar/39: 8).

Imam Ali bin Abi Thalib (sa) pernah menasehati seseorang:
“Janganlah kamu termasuk orang …jika ditimpa bala’ ia berdoa dengan kesengsaraannya, dan jika memperoleh kebahagiaan ia berpaling dengan kesombongannya.” (Nahjul Balaghah- Al-Hikmah 150)

Jika ijabah doanya masih ditunda ia harus selalu berdoa dan bermohon. Karena doa memiliki keutamaan sebagai inti ibadah; sebagai senjata orang yang beriman untuk menghadapi keburukan setan, cinta dunia dan kejahatan hawa nafsu. Dan mungkin juga ditundanya ijabah itu menjadi kemaslahatan yang tidak diketahui kecuali oleh Yang Maha Mengetahui segala rahasia dan yang tersembunyi. Sehingga, ditundanya ijabah itu menjadi kebaikan bagi seorang hamba, atau menjadi penolak bala’ yang segera datang yang kadarnya tidak diketahui. Semoga ditundanya ijabah itu menjadi suatu karunia yang agung dan kedudukan yang istimewa di sisi Allah swt, yaitu Allah swt senang mendengar rintihan suaranya dalam berdoa, karena itu hendaknya ia tidak meninggalkan apa yang dicintai oleh Allah swt.

Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata:
“Sesungguhnya seorang mukmin yang memohon hajatnya kepada Allah azza wa jalla, kemudian ditunda kesegeraan ijabah-Nya karena Dia mencintai suaranya dan senang mendengar rintihannya.” (Al-Kafi 2: 354, hadis ke 1)

Orang yang berdoa harus selalu berdoa dalam segala keadaan. Karena yang demikian itu akan memperoleh rahmat, maghfirah dan ijabah doanya.

Rasulullah saw bersabda:
“Allah menyayangi seorang hamba yang memohon hajatnya kepada Allah azza wa jalla, lalu ia terus-menerus dalam berdoa, baik diijabah atau belum diijabah.” (Al-Kafi 2: 345, hadis ke 6)

Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata:
“Demi Allah, tidak ada seorang mukmin yang terus-menerus memohon hajatnya kepada Allah azza wa jalla kecuali Dia memperkenankannya.” (Al-Kafi 2: 345, hadis ke 3)

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Sesungguhnya Allah azza wa jalla tidak menyukai manusia yang terus-menerus minta kepada yang lain, Dia menyukai hal itu pada diri-Nya, sesungguhnya Allah azza wa jalla senang dimintai dan diharapkan apa yang ada di sisi-Nya.” (Al-Kafi 2: 345, hadis ke 4)

Kedua puluh empat: Berdoa sebelum kejadian
Di antara adab-adab berdoa adalah, seorang hamba harus berdoa dalam keadaan suka dan duka. Karena hal ini termasuk kepercayaan kepada Allah, kebergantungan hanya kepada-Nya, harapan akan karunia-Nya untuk menolak bala’, dan ijabahnya doa ketika duka dan menderita.

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Barangsiapa yang ingin diijabah doanya ketika duka, maka hendaknya ia memperbanyak doa ketika suka.” (Al-Kafi 2: 343, hadis ke 4)

Di antara doa Imam Ali Zainal Abidin (sa):
“Jangan jadikan aku orang yang sombong karena kebahagiaan dan menggerutu karena bala’, lalu tidak berdoa kepada-Mu kecuali ketika tertimpa goncangan, dan tidak mengingat-Mu kecuali ketika terjadi bahaya, kemudian ia merendahkan dirinya, dan mengangkat tangannya untuk bermohon kepada-Mu.” (Biharul Anwar 94: 130)

Kedua puluh lima: Memakai cincin aqiq atau firus
Dalam berdoa disunnahkan memakai cincin aqiq atau firus.
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Tidaklah diangkat tangan kepada Allah azza wa jalla kecuali Allah mencintai tangan yang padanya ada cincin aqiq.” (Iddatud da`i: 129)

Rasulullah saw bersabda bahwa Allah azza wa jalla berfirman:
“Sungguh Aku malu pada hamba yang mengangkat tangannya yang padanya ada cincin firus, lalu mengembalikan tangannya dengan sia-sia.” (Biharul Anwar 93: 321)

Kedua puluh enam: Adab sesudah berdoa
Secara detail Anda dapat membacanya di artikel yang berjudul “Adab sesudah berdoa”.

Yang berminat tek arab hadis-hadis tersebut bisa mengkopi dari milis “Keluarga bahagia” atau milis Shalat-doa”, linknya berikut ini.

Wassalam
Syamsuri Rifai

Asbabun Nuzul ayat2 pilihan, hadis2 pilihan, amalan Praktis, bermacam2 shalat sunnah, doa-doa pilihan, dan artikel-artikel Islami, klik di sini:
http://shalatdoa.blogspot.com
http://syamsuri149.wordpress.com

Amalan praktis, Adab2 dan doa2 pilihan haji dan umroh dilengkapi tek arab, bacaan tek latin dan terjemahan, klik di sini:
http://almushthafa.blogspot.com

Milis artikel2 Islami, macam2 shalat sunnah, amalan2 praktis dan doa-doa pilihan serta eBooknya, klik di sini:
http://groups.google.com/group/keluarga-bahagia
http://groups.yahoo.com/group/Shalat-Doa

Milis Feng Shui Islami, rahasia huruf dan angka, nama dan kelahiran, rumus2 penting lainnya, dan doa2 khusus, klik di sini:
http://groups.google.co.id/group/feng-shui-islami

Bisnis Online Informatika, klik di sini :
http://pengusahaonline.com/?id=Syamsuri

Kerjasama dan pinjaman dana, klik di sini:
http://infor-indo.blogspot.com

Download gratis Mobile Magazine, majalah bermacam2 produk Hp dan elektronik, klik di sini : http://www.mobile-indonesia.com
Ingin kerjasama buka cabang di kota atau daerah Anda, hubungi Redaksi: Jl. Tebet Timur Dalam VII E No. 17 Jakarta Selatan 12820. Phone : 62-21-835.2103.

No comments:

Followers