Pages

Saturday, October 23, 2010

Ucapan Terima Kasih Kepada Bapak dan Ibu

Assalamu’alaikum wr.wb
Saya panjatkan puji syukur kepada Allah swt dan mengucapkan banyak terima kasih kepada Bpk/Ibu yang beberapa bulan yang lalu telah membantu ananda Ifadah Amalia

untuk Survey secara online sbg bahan skripsinya, dan telah mengantarkan ananda ke pintu gerbang kesuksesan menyelesaikan studynya dalam sidang skripsi S1 Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer dan Tehnologi Informasi Universitas Gunadarma. Dengan nilai, Alhamdulillah, membahagiakan ananda dan dan keluarga.

Mohon doa juga kepada Bapak/Ibu smg tdk ada halangan insya Allah tahun ini ananda akan melanjutkan studynya ke S2 jurusan dan kampus yang sama, yang insya Allah akan mendapat beasiswa dari Universita Gunadarma.

Saya pribadi sebagai orang tua sangat bahagia dan menghaturkan banyak terima kasih kepada Bapak dan Ibu yang telah meluangkan waktu untuk membantu ananda Ifadah Amalia melakukan Survey secara online sebagai bahan skripsi S1-nya. Jazâkumullâh khayra, semoga Allah swt membalas kebaikan Bapak dan Ibu dengan balasan yang terbaik dari sisi-Nya. Amin yâ Rabbal ‘alamin.

Wassalamu’alaikum wr.wb
Syamsuri Rifai

Berbakti pada Orang Tua Langkah Paling Efektif untuk Mencapai Sukses dan Kebahagiaan

Setiap manusia tentu mendambakan kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Namun sebagian kita kesulitan menemukan langkah-langkah yang efektif untuk mencapai tujuan tersebut. Bahkan tidak jarang manusia yang justru bersikap sebaliknya dan kontradiktif dengan idaman dan dambaannya.

Bukankah kita sering menyaksikan orang yang sering gelisah yang tak jelas penyebabnya, sering mendapatkan goncangan badai dalam hidupnya walaupun secara ekonomi ia sudah lebih dari berkucukupan. Mengapa ia sering gelisah dan ditimpa oleh badai kehidupan? Bisa jadi ada sikap yang tanpa disadari menyakiti orang tua. Atau tak menghiraukan lagi nasib orang tuanya yang telah wafat.

Berbakti pada orang tua tidak cukup di masa hidupnya
Rasulullah saw pernah ditanyai: “Siapakah yang paling besar haknya terhadap seseorang?” Beliau menjawab: “Kedua orang tuanya.” Kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya ada orang yang berbakti kepada orang tuanya ketika mereka masih hidup, tetapi ia dicatat sebagai anak yang durhaka kepada mereka, karena ia tidak memohonkan ampunan untuk mereka setelah wafat. Dan sungguh ada orang yang durhaka kepada orang tuanya ketika mereka masih hidup, tapi ia dicatat sebagai anak yang berbakti kepada mereka setelah mereka wafat, karena memperbanyak istighfar (memohonkan ampunan) untuk mereka.” (Mustadrak Al-Wasâil 2: 112)

Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata: “Sungguh ada seorang hamba yang berbakti kepada orang tuanya ketika mereka masih hidup, tetapi setelah mereka wafat ia tidak menunaikan hutangnya, tidak memohonkan ampunan untuk mereka, maka Allah mencatat ia sebagai anak yang durhaka. Sungguh ada seorang hamba yang durhaka kepada orang tuanya, tetapi setelah mereka wafat ia menunaikan hutangnya dan memohonkan ampunan untuk mereka, maka Allah mencatat ia sebagai anak yang berbakti kepada mereka.” (Mustadrak Al-Wasâil 2: 112)

Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata: “Berbakti kepada kedua orang tua adalah kewajiban yang paling besar.” (Mustadrak Al-Wasâil 15: 178)

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Ada tiga hal yang wajib dilaksanakan: Menunaikan amanat kepada orang yang baik atau yang zalim, memenuhi janji kepada orang yang baik atau yang zalim, dan berbakti kepada kedua orang tua yang baik atau yang zalim.” (Mustadrak Al-Wasâil 15: 179)

Ridha Allah swt Bergantung pada Orang Tua
Dalam hadis qudsi Allah swt berfirman: “Sesungguhnya yang pertama kali dicatat oleh Allah di Lawhil mahfuzh adalah kalimat: ‘Aku adalah Allah, tiada Tuhan kecuali Aku, barangsiapa yang diridhai oleh kedua orang tuanya, maka Aku meri¬dhainya. Barangsiapa yang dimurkai oleh keduanya, maka Aku murka kepadanya.” (Jâmi’us Sa’adât, penghimpun kebahagiaan, 2: 263).

Subtansi makna hadis tersebut tidak sulit kita tangkap bahwa ridha Allah bergantung pada ridha orang tua. Orang yang diridhai oleh Allah swt pasti ia akan bahagia dan sukses dalam hidupnya.

Imam Ja’far Ash-Shaqiq (sa) berkata: “Takutlah kamu kepada Allah, dan janganlah durhaka kepada kedua orang tuamu, karena ridha mereka adalah ridha Allah dan murka mereka adalah murka Allah.” (Al-Kafi 2: 349)

Berbakti pada Orang Tua dan Sakinah
Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang percaya kepadaku tentang berbakti kepada kedua orang tua dan menjalin silaturrahim, maka aku akan menjaminnya dalam hal penambahan harta, penambahan umur, dan sakinah dalam rumah tangganya.” (Mustadrak Al-Wasâil 15: 176)

Dalam hadis tersebut Rasulullah saw menjamin bahwa orang yang berbakti kepada orang tuanya, ia akan mudah rejekinya, bahagia dan sakinah rumah tangganya.

Berbakti pada Orang Tua dan Kemudahan Rejeki
Imam Ja’far (sa) berkata: “Jika kamu ingin ditambah umurmu oleh Allah, maka bahagiakan kedua orang tuamu. Berbakti kepada mereka dapat menambah rizki.” (Al-Wasâil 18: 371).

CATATAN
Sebagaimana disebutkan dalam hadis Rasulullah saw bahwa berbakti kepada orang tua tidak cukup di masa hidup mereka, bahkan sesudah mereka wafat kita dituntut untuk berbakti kepada mereka. Doa adalah salah satu sikap berbakti kepada orang tua khususnya mereka yang telah wafat. Doa bisa dilakukan secara sendirian, bisa juga dengan mengundang kerabat dan sahabat untuk bersama-sama mendoakan orang tua yang telah wafat, khusus di hari haul wafatnya. Itulah di antara manfaat membaca Yasin dan Tahlil yang telah ditradisikan oleh ulama kita dan orang-orang yang shaleh.

Buku Yasin dan Tahlil versi Ahlul Bait (sa)
Amalan Praktis dan Doa2 haji & Umroh

Wassalam
Syamsuri Rifai
http://syamsuri149.wordpress.com

Free Download eBook Amalan Praktis dan Doa2 pilihan

Tuesday, October 19, 2010

Audio dalam Video: Subhanallah

Audio dalam video ini berisi zikir dan doa



Link untuk download video ini:
http://www.youtube.com/watch?v=k5G0bDufkLI


Monday, October 11, 2010

Kedahsyatan Akibat Durhaka pada Orang Tua

Begitu dahsyat azab akibat durhaka kepada orang tua, Allah swt tidak ditundanya di akhirat. Tetapi azab itu disegerakan di dunia berupa kesengsaraan hidup, selain azab itu ditimpakan saat sakratul juga di akhirat.

Durhaka tidak hanya terjadi di saat orang tua masih hidup tetapi juga bisa terjadi ketika orang tua telah wafat. Bagaimana seorang anak bisa durhaka kepada orang tua setelah mereka wafat? Mari simak sabda Nabi saw!

Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya ada orang yang berbakti kepada orang tuanya ketika mereka masih hidup, tetapi ia dicatat sebagai anak yang durhaka kepada mereka, karena ia tidak memohonkan ampunan untuk mereka setelah wafat. Dan sungguh ada orang yang durhaka kepada orang tuanya ketika mereka masih hidup, tapi ia dicatat sebagai anak yang berbakti kepada mereka setelah mereka wafat, karena memperbanyak istighfar (memohonkan ampunan) untuk mereka.” (Mustadrak Al-Wasâil 2: 112)

Tolok Ukur durhaka kepada orang tua
Allah swt berfirman: “Jika salah seorang di antara mereka telah berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali jangan kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’, dan janganlah kamu membentak mereka, ucapkan kepada mereka perkataan yang mulia.” (Al-Isra’: 23).

Salah seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah saw: Apa ukuran durhaka kepada orang tua?

Rasulullah saw menjawab: “Ketika mereka menyuruh ia tidak mematuhi mereka, ketika mereka meminta ia tidak memberi mereka, jika memandang mereka ia tidak hormat kepada mereka sebagaimana hak yang telah diwajibkan bagi mereka.” (Mustadrak Al-Wasâil 15: 195)

Rasulullah saw pernah bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa): “Wahai Ali, barangsiapa yang membuat sedih kedua orang tuanya, maka ia telah durhaka kepada mereka.” (Al-Wasail 21: 389; Al-Faqîh 4: 371)

Tingkatan Dosa durhaka kepada orang tua
Rasulullah saw bersabda: “Dosa besar yang paling besar adalah syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua...” (Al-Mustadrak 17: 416)

Rasulullah saw bersabda: “Ada tiga macam dosa yang akibatnya disegerakan, tidak ditunda pada hari kiamat: durhaka kepada orang tua, menzalimi manusia, dan ingkar terhadap kebajikan.” (Al-Mustadrak 12: 360)

Rasulullah saw bersabda: “...Di atas setiap durhaka ada durhaka yang lain kecuali durhaka kepada orang tua. Jika seorang anak membunuh di antara kedua orang tuanya, maka tidak ada lagi kedurhakaan yang lain di atasnya.” (At-Tahdzib 6: 122)

Akibat-akibat durhaka kepada orang tua
Durhaka kepada orang tua memiliki dampak dan akibat yang luar bisa dalam kehidupan di dunia, saat sakratul maut, di alam Barzakh, dan di akhirat. Akibat-akibat durhaka kepara orang tua antara lain:

Dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla
Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Sesungguhnya yang pertama kali dicatat oleh Allah di Lawhil mahfuzh adalah kalimat: ‘Aku adalah Allah, tiada Tuhan kecuali Aku, barangsiapa yang diridhai oleh kedua orang tuanya, maka Aku meri¬dhainya; dan barangsiapa yang dimurkai oleh keduanya, maka Aku murka kepadanya.” (Jâmi’us Sa’adât, penghimpun kebahagiaan, 2: 263).

Menghalangi doa dan Menggelapi kehidupan
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “…Dosa yang mempercepat kematian adalah memutuskan silaturrahmi, dosa yang menghalangi doa dan menggelapi kehidupan adalah durhaka kepada kedua orang tua.” (Al-Kafi 2: 447)

Celaka di dunia dan akhirat
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Durhaka kepada kedua orang tua termasuk dosa besar karena Allah Azza wa Jalla menjadikan dalam firman-Nya sebagai anak yang durhaka sebagai orang yang sombong dan celaka: “Berbakti kepada ibuku serta Dia tidak menjadikanku orang yang sombong dan celaka, (Surat Maryam: 32)” (Man lâ yahdhurul Faqîh 3: 563)

Dilaknat oleh Allah swt
Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa): “Wahai Ali, Allah melaknat kedua orang tua yang melahirkan anak yang durhaka kepada mereka. Wahai Ali, Allah menetapkan akibat pada kedua orang tuanya karena kedurhakaan anaknya sebagaimana akibat yang pasti menimpa pada anaknya karena kedurhakaannya…” (Al-Faqîh 4: 371)

Dikeluarkan dari keagungan Allah swt
Imam Ali Ar-Ridha (sa) berkata: “Allah mengharamkan durhaka kepada kedua orang tua karena durhaka pada mereka telah keluar dari pengagungan terhadap Allah swt dan penghormatan terhadap kedua orang tua.” (Al-Faqih 3: 565)

Amal kebajikannya tidak diterima oleh Allah swt
Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Demi Ketinggian-Ku, keagungan-Ku dan kemuliaan kedudukan-Ku, sekiranya anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya mengamalkan amalan semua para Nabi, niscaya Aku tidak akan menerimanya.” (Jâmi’us Sa’adât 2: 263).

Shalatnya tidak diterima oleh Allah swt
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang memandang kedua orang tuanya dengan pandangan benci ketika keduanya berbuat zalim kepadanya, maka shalatnya tidak diterima.” (Al-Kafi 2: 349).

Tidak melihat Rasulullah saw pada hari kiamat
Rasulullah saw bersabda: “Semua muslimin akan melihatku pada hari kiamat kecuali orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, peminum khamer, dan orang yang disebutkan nama¬ku lalu ia tidak bershalawat kepadaku.” (Jâmi’us Sa’adât 2: 263).

Diancam dimasukkan ke dalam dua pintu neraka
Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membuat kedua orang tuanya murka, maka baginya akan dibukakan dua pintu neraka.” (Jâmi’us Sa’adât 2: 262).

Tidak akan mencium aroma surga
Rasulullah saw bersabda: “Takutlah kamu berbuat durhaka kepada kedua orang tuamu, karena bau harum surga yang tercium dalam jarak perjalanan seribu tahun, tidak akan tercium oleh orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, memutuskan silaturahmi, dan orang lanjut usia yang berzina…” (Al-Wasâil 21: 501)

Penderitaan saat Saktatul maut
Penderitaan anak yang durhaka kepada orang tuanya saat sakratul mautnya pernah menimpa pada salah seorang sahabat Nabi saw. Berikut ini kisahnya:

Kisah nyata di zaman Nabi saw
Pada suatu hari Rasulullah saw mendatangi seorang pemuda saat menjelang kematiannya. Beliau membimbingnya agar membaca kalimat tauhid, Lâilâha illallâh, tapi pemuda itu lisannya terkunci.

Rasulullah saw bertanya kepada seorang ibu yang berada di dekat kepala sang pemuda sedang menghadapi sakratul maut: Apakah pemuda ini masih punya ibu?
Sang ibu menjawab: Ya, saya ibunya, ya Rasulullah.
Rasulullah saw bertanya lagi: Apakah Anda murka padanya?
Sang ibu menjawab: Ya, saya tidak berbicara dengannya selama 6 tahun.
Rasulullah saw bersabda: Ridhai dia!
Sang ibu berkata: Saya ridha padanya karena ridhamu padanya.

Kemudian Rasulullah saw membimbing kembali kalimat tauhid, yaitu Lâilâha illallâh.
Kini sang pemuda dapat mengucapkan kalimat Lâilâha illallâh.
Rasulullah saw bertanya pemuda itu: Apa yang kamu lihat tadi?
Sang pemuda menjawab: Aku melihat seorang laki-laki yang berwajah hitam, pandangannya menakutkan, pakaiannya kotor, baunya busuk, ia mendekatiku sehingga membuatku marah padanya.

Lalu Nabi saw membimbinnya untuk mengucapkan doa:

Yâ May yaqbilul yasîr wa ya’fû ‘anil katsîr, iqbal minnil yasîr wa’fu ‘annil katsîr, innaka Antal Ghafûrur Rahîm.

“Wahai Yang Menerima amal yang sedikit dan Mengampuni dosa yang banyak, terimalah amalku yang sedikit, dan ampuni dosaku yang banyak, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” 1)

Sang pemuda kini dapat mengucapkannya.
Nabi saw bertanya lagi: Sekarang lihatlah, apa yang kamu lihat?
Sang pemuda menjawab: sekarang aku melihat seorang laki-laki yang berwajah putih, indah wajahnya, harum dan bagus pakaiannya, ia mendekatiku, dan aku melihat orang yang berwajah hitam itu telah berpaling dariku.
Nabi saw bersabda: Perhatikan lagi. Sang pemuda pun memperhatikannya. Kemudian beliau bertanya: sekarang apa yang kamu lihat?
Sang pemuda menjawab: Aku tidak melihat lagi orang yang berwajah hitam itu, aku melihat orang yang berwajah putih, dan cahayanya meliputi keadaanku. (Bihârul Anwâr 75: 456).

__________
1). Doa ini dikenal sebagai doa Yasîr, doa untuk memperoleh kemudahan saat sakaratul maut.

CATATAN
Amalan dan doa untuk berbakti kepada orang juga, Amalan dan doa penting yang berkait dengan kematian dan doa2 pilihan lainnya tertuang di dalam BUKU YASIN DAN TAHLIL

Amalan dan Doa2 haji & Umroh:
http://almushthafa.blogspot.com

Wassalam
Syamsuri Rifai
http://www.alfusalam.web.id
http://syamsuri149.wordpress.com

Friday, October 8, 2010

Buku Yasin dan Tahlil Versi Ahlul Bait Nabi saw

Buku Yasin dan Tahlil berikut contoh formatnya. Dilengkapi Amalan dan doa-doa dari Ahlul Nabi saw.

Contoh Format buku
Contoh Format buku klik di sini


Yang berminat Buku ini bisa pesan kepada tim CREATIVE 99.
Personal Kontak BOBBY OKSA WIJAYA:
0813 993 44990; 021 997 996 43.

Format Buku
Kertas: Matt Paper 150 gr
Tebal buku: 230 halaman
Ukuran: 15 x 20 cm
Frame: full color
Hard Cover
Harga @ buku Rp 75.000,-
Pemesanan minimal: 200 exp
Jika kurang dari 200 dihitung biaya ongkos cetak minimal.

Buku ini telah dipesan dan digunakan
1. Pada acara 40 dan 100 hari Al-Marhum Bapak Sudharmono (Mantan Wapres)
2. Pada acara 1000 hari Al-Marhumah Alayya Salshabila binti Okta Wijaya

DAFTAR ISI
Foto Kenangan Al-Marhum/Al-Marhumah
Pengantar keluarga

Surat Al-Fâtihah dan Keutamaannya
Surat Al-Ikhlâsh dan Keutamaannya
Surat Al-Falaq‏ dan Keutamaannya
Surat An-Nâs dan Keutamaannya
Ayat Kursi dan Keutamaannya
Surat Yâsîn dan Keutamaannya

Tahlil
Doa Tahlil

Keutamaan surat-Surat tentang kematian
Surat Al-Kafirûn
Surat Ash-Shâffât
Surat Ad-Dukhkhân
Surat Al-Insân
Surat Al-Mulk
Surat Al-Wâqi’ah
Surat Ar-Rahmân
Surat Al-Qadar

Doa-Doa berkenaan dengan kematian
Doa Menjenguk orang sakit
Doa ‘Adilah
Doa Yasîr
Doa Faraj
Ihtidhar (Persiapan menjelang ajal)
Doa Sakratul maut
Shalat Wahsyah(Shalat hadiah)
Sekitar Persoalan Wasiat
Doa sebelum berwasiat
Adab dan Doa Ziarah Kubur

Amalan dan Doa untuk Orang Tua dan Anak
Akibat berbakti kepada orang tua
Akibat durhaka kepada orang tua
Shalat untuk orang tua
Doa untuk orang tua
Shalat untuk anak
Doa untuk anak

Doa-doa Pilihan
Doa Tawassul
Doa Nûr (cahaya)
Doa Pengakuan Dosa
Doa Kemenangan/Keselamatan
Rujukan hadis

Penulis dan Penyusun
Syamsuri Rifai
0818976468

Followers